ActKonveksi.com – Tanah Air masuk musim panas. Lalu apa yang harus dilakukan agar tetap merasa sejuk pada cuaca tersebut. Dilansir dari BBC, tahun lalu, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pakaian yang kita kenakan adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan agar tetap merasa sejuk.
Menurut penelitian tersebut, terdapat banyak faktor yang memengaruhi pakaian agar terasa sejuk saat dipakai. Berikut penjelasannya lebih lanjut seperti dikutip liputan6.com.
1. Warna Pakaian
Terkait warna, kebanyakan orang memakai warna putih saat cuaca panas. Banyak orang beranggapan bahwa warna putih akan memantulkan sinar matahari dan bukan menyerap cahaya seperti warna hitam.
Namun, teori ini menjadi lebih rumit ketika kita mulai membahas tentang ketebalan dan kesesuaian pakaian, karena panas tidak hanya berasal dari matahari, tetapi juga berasal dari dalam tubuh kita. Ketika panas dari tubuh mengenai pakaian putih, panas tersebut akan dipantulkan kembali ke kita.
Pada 1980, sebuah penelitian menganalisis gaya hidup suku Baduy yang merupakan masyarakat adat semi-nomaden yang mendiami wilayah gurun di semenanjung Arab, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Suku tersebut mengenakan jubah hitam di gurun.
Berdasarkan penelitian, paparan panas tetap sama meskipun anggota suku tersebut mengenakan jubah hitam ataupun jubah putih. Kain berwarna hitam merupakan pemancar panas yang lebih baik. Artinya, kain tersebut menyerap panas yang keluar dari tubuh sehingga juga berperan dalam mendinginkan tubuh Anda.
Rahasia orang dari suku Baduy adalah mereka mengenakan pakaian hitam yang longgar, terutama saat cuaca sedang berangin. Pakaian hitam longgar memanaskan ruang antara kain dan kulit, mendorong aliran udara ke atas seperti cerobong asap, dan memberikan bantuan pendinginan. Namun, jika Anda akan mengenakan pakaian ketat, pilihlah warna putih.
2. Bahan Pakaian
Dalam cuaca panas, menggunakan pakaian yang menyerap keringat saja sudah cukup, karena keringat akan terserap dari tubuh Anda dan kemudian menguap. Namun, saat cuaca lembab dan panas, udara di sekitar Anda sudah mengandung banyak uap air, sehingga keringat yang membasahi pakaian Anda tidak akan hilang ke mana-mana.
"Dari segi pakaian, sebaiknya bahan yang bisa dilewati uap air agar tidak menghalangi penguapan keringat. Beberapa bahan berbasis olahraga yang lebih baru bisa melakukan hal ini. Bahan katun tidak bisa melakukan hal ini dengan baik," jelas Rhett Allain, profesor fisika di Universitas Louisiana Tenggara.
Pada hari yang panas, mengenakan pakaian yang menyerap keringat adalah hal yang penting. Bahan seperti katun, linen, nilon, dan poliester yang tidak dilapisi digolongkan sebagai kain yang dapat menyerap keringat. Yang berarti, jenis kain tersebut memungkinkan keringat dan panas keluar melalui bahan tersebut. Namun, bahan ini berbeda dengan kain wicking yang secara aktif menarik air dari tubuh Anda.
Berikut detail kelebihan dan kekurangan jenis material pakaian yang dipakai:
A. Katun dan Poliester
Katun dan poliester menyerap dan memantulkan sebagian besar sinar inframerah yang mengenainya, hampir 99 persen, yang berarti bahan tersebut seringkali tampak putih pada gambar inframerah. Namun, bahan ini juga memungkinkan 30–40 persen cahaya tampak masuk.
Kombinasi ini dapat menyebabkan tubuh memanas lebih cepat dibandingkan sebaliknya, menurut para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Hal ini terjadi karena cahaya tampak yang masuk dapat menghasilkan panas yang kemudian tidak dapat keluar sebagai radiasi inframerah yang dihasilkan oleh tubuh. Namun, mekanisme pendinginan tubuh lainnya, yaitu berkeringat, juga berperan.
Bahan katun menyerap kelembaban, tetapi tidak cepat kering. Jika Anda akan banyak berkeringat, pakaian Anda akan tetap basah sehingga kurang nyaman. Linen banyak dipakai karena memiliki sirkulasi udara yang sangat baik karena seratnya yang besar. Namun seperti kapas, linen lambat kering. Wol merino telah menjadi pilihan populer bagi penggemar aktivitas luar ruangan karena dapat menyerap keringat dan menyerap kelembaban tanpa menimbulkan bau.
B. Nilon dan Poliester
Nilon dan poliester digunakan pada sebagian besar pakaian aktif karena menyerap kelembapan dan cepat kering, namun tetap berbau. Penelitian juga menunjukkan bahwa nilon memiliki daya serap kelembaban yang lebih tinggi dan kemampuan menyerap lebih baik dibandingkan poliester, namun lebih lambat kering.
Serat sintetis seperti nilon dan poliester dapat terasa tidak nyaman saat basah. Sebuah penelitian menyarankan untuk mengenakan pakaian yang terbuat dari bambu, yang merupakan konduktor panas yang rendah dan tidak mengurangi kenyamanan.
George Havenith, seorang profesor fisiologi lingkungan dan ergonomi di Loughborough University di Leicestershire, Inggris menyarankan, jika Anda benar-benar ingin tetap sejuk, lepaskan pakaian Anda sepenuhnya selama hal tersebut masih sesuai norma setempat. Pakaian melindungi kulit Anda dari rasa terbakar, tetapi telanjang lebih baik agar tetap sejuk.
Semakin sedikit pakaian yang Anda kenakan, semakin besar peluang terjadinya pertukaran panas evaporatif antara kulit dan udara. Tentunya melindungi kulit dari sinar UV menjadi prioritas.(nov)